MAKALAH
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1
PERSEDIAAN
BARANG DAGANG
Disusun Oleh :
PRIHATIN
Dosen
Pengampuh:
RANI MUNIKA,SE.Ak
Prodi/Semester
: Akuntansi (Lokal III A)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
- BANGKINANG
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
Jl. Dr. A. Rahman
Shaleh No. 54 A Bangkinang
Telp. 0762-20380 E-mail : Stiebangkinang@yahoo.com
Website:
stiebangkinang.ac.id
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ........... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ........... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................... ........... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. ........... 1
1.3. Tujuan
Penulisan…………………………………………………….... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Persediaan Barang Dagang……………………………….. 3
2.2. Klasifikasi Persediaan
Barang Dagang.............................................. .... 5
2.3.
Konsep Persediaan Barang Dagang…………………………………… 6
2.4
Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Barang Dagang……………….. 8
2.5
Contoh Kasus…………………………………………………......... … 13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................... ….. 18
3.2. Saran ................................................................................................ ….. 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
11.1 Latar Belakang
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang
sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi
rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu
banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan,
dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang lebih besar. Demikian pula, bila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya
– biaya terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan
dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi
dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi.
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di
banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang
diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa
manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu
perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di
tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk
stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan
dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus
menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal
ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian
manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan
tersebut.
11.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Persediaan?
2. Klasifikasi Persediaan?
3. KonsepPersediaan?
4. Pencatatan dan Pelaporan
Persediaan?
5. Contoh Kasus?
11.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menenang 1. Tujuan yang diharapkan adalah agar mahasiswa mengetahui
bagaimana mengelola persediaan dengan mengunakan metode – metode persediaan
yang ada.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya berupa ilmu mengenai pengelolaan
persediaan pada perusahaan. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi bagi pihak yang ingin mempelajari hal yang berkaitan dengan
persediaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan
adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi
tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual
kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan
dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi,
ataupun suku cadang. Persediaan pada perusahaan dagang berupa persediaan barang
dagang. Tanpa
adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana
pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya.
Pengertian Persediaan Menurut Ahli
- yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
- dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
- dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian
persediaan
dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi.
Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah
umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi
yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan
akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan
mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau
pelengkap, dan komponen lain yang menjadi keluaran produk perusahaan.
Sedangkan
menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk
proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang
dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan
pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
Pada prinsipnya
persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang
harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta
selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan
diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti adalah:
Alasan diperlukannya Persediaan
- dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
- alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Manfaat adanya persediaan
- menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
- menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
- mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
- mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
- mencapai penggunaan mesin yang optimal
- memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
- membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.
2.2 KLASIFIKASI PERSEDIAAN
Klasifikasi
persediaan pada perusahaan manufaktur berupa:
a. Bahan baku
Barang
persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi,
sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan
kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan
produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta
tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.
b. Barang dalam proses
Adalah barang
yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga
persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu
waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai
dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan
dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu
produksi salah satu cara adalah dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa,
sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa dipercepat. Cara lain adalah
dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.
c. Barang jadi
Adalah barang
hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada
persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan
masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang
peningkatan penjualan dengan cara mengubah persyaratan kredit atau dengan
memberikan kredit untuk resiko yang kecil (marginal risk). Tetapi tidak peduli
apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang dagang,
manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka
menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk
menuju realisasi kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat
menutup tambahan resiko penagihan piutang.
2.3.
KONSEP PERSEDIAAN
a. Historical
cost
Dalam metode historical cost ini persediaan diukur
berdasarkan pada pembayaran yang dilakukan dimasa lalu atau harus dilakukan
dimasa yang akan datang untuk memperoleh barang atau jasa. Oleh karena itu
kalau pembayarannya dilakukan dimasa yang akan datang harga persediaan harus
didiskontokan untuk mendapatkan present cost. Menurut konsep ini biaya produksi
terdiri dari Biaya langsung: material, tenaga langsung dan BOP, sedangkan avail
atau tenaga kerja idle dapat diperhitungkan sebagai COGS, tergantung kebijakan
manajemen.
Keuntungan
konsep ini:
- Inventory bahan baku dan barang dagangan mencerminkan harga yang sebenarnya.
- Dalam kondisi harga tidak pasti konsep ini merupakan alternative yang layak daripada net realizable values sebagai alat prediksi.
- Nilai persediaan tidak dipengaruhi oleh bias kebijakan manajemen.
- Penilaian dengan cost memungkinkan pertanggung jawaban mengenai kas dan sumber lain untuk memperoleh persediaan (cross evidence).
Kelemahan
konsep ini:
- Untuk persediaan barang yang cepat usang dan nilai tambah atas barang tidak dapat disesuaikan harganya.
- Bila terdapat harga yang berbeda susah untuk diperbandingkan.
- Banyaknya unsur joint cost dan metode alokasi sehingga menyulitkan penilaian persediaan.
- Matching antara revenue dengan cost masa lalu kurang tepat.
b.
Current Replacement Cost
Konsep ini adalah untuk mengurangi kelemahan dari konsep
historical cost, banyak penulis dan komite prinsip akuntansi menyarankan
menggunakan konsep CRC untuk mengukur persediaan. Dengan pertimbangan:
- CRC memungkinkan untuk matching antara current input value dengan current revenue atas hasil current operation.
- CRC memungkinkan identifikasi dari holding gains dan loss.
- CRC merupakan current value dari persediaan.
- CRC memungkinkan pelaporan current operation profit dapat digunakan sebagai prediksi arus kas dikemudian hari.
c.
Net Realizable Values Dikurangi Normal Markup
Dalam konsep ini persediaan dinilai dengan konsep realizable
values dikurangi dengan gross profit margin yang normal, sehingga nilai
persediaan merupakan nilai perolehannya menurut konsep realizable.
d. Standard cost
Current standard mencerminkan biaya produksi dibawah kondisi
harga dan teknologi yang sekarang dan formula ditetapkan setelah melalui
perhitungan standard efisiensi yang diinginkan sehingga menyerupai replacement
cost. Menurut AICPA bulletin no. 43 : “Standard cost dapat diterima apabila
di-adjust secara berkala agar mencerminkan kondisi sekarang sehingga pada
tanggal neraca standard cost secara layak merupakan approximate costs
berdasarkan salah satu cara penilaian yang diakui.
· Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukan
Dalam Persediaan
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan
berhubungan dengan berapa jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun.
Pembelian (akuisisi) persediaan, seperti aktiva lain, umumnya di perhitungkan
atas dasar biaya.
a.
Biaya
produk
Product cost adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan
di catat dalam akun persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan
transfer barang kelokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke
kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan
barang yang di beli, biaya pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja
serta produksi lain nya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual
b.
Biaya
periode
Beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang
biasa, beban umum serta adminstrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan
akuisisi atau produk si brang dan, karenanya, tidak dianggap sebagai bagian
dari persediaan. Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara
konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal
dan ongkos pengangkutan.
Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap
dijual biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk
pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.
c.
Biaya
manufaktur
Barang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan, tenaga
kerja langsung, da biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur
meliputi bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti
penyusutan , pajak,asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses
manufaktur.
2.4 PENCATATAN PERSEDIAAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan Persediaan
1. Sistem
Periodik (physical),
Yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara
phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi
pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk
kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan
sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam
namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah
pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran,
alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka
ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus
mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi.
Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan
dengan adanya teknologi komputer yang memudahkan pencatatan transaksi dengan
frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
Jurnal
sistem periodik:
a. Pada saat pembelian
Pembelian xxx
Hutang dagang xxx
b. Pada saat penjualan
Piutang
dagang xxx
Penjualan xxx
2. Sistem Permanen (Perpetual),
Yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus
menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian
maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal
persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada
suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan
pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga
elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave). Perbedaan penggunaan kedua metode
adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada
system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun
pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat
harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir
periode.
Jurnal
sistem perpetual:
a. Pada saat pembelian barang dagang
Persediaan
barang dagang xxx
Hutang dagang xxx
b. Pada saat penjualan
-
Piutang
dagang xxx
Penjualan xxx
-
HPP xxx
Persediaan barang dagang xxx
Metode penilaian persediaan dengan
sistem pencatatan perceptual system
1.
Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada
paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode
perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.
Ad
: 1. Asumsi : Barang yang dijual pertama dipakai harga pokok pembelian pertama.
2.
Metode LIFO
Pada
metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga
pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.
Ad
: 2. Asumsi : Barang yang dijual pertama dipakai harga pokok yang terakhir
pembelian.
3.
Metode Rata-rata
yaitu
pengeluaran barang ditentukan secara rawak atau acak sehingga
penentuan harga pokok untuk metode ini dicari nilai rata-ratanya.
Ad
: 3. Asumsi : harga jual dipakai harga rata-rata dari persediaan awal +
pembelian.
Metode
penilaian persediaan dengan system periodic
1.
FIFO : nilai persediaan akhir dipakai harga
pembelian yang terakhir
2.
LIFO : nilai persediaan akhir dipakai harga pembelia
pertama
3.
Rata-Rata Sederhana
4. Rata-Rata
Tertimbang
Rumus persediaan akhir : unit persediaan awal +
pembelian – penjaualan
Perbedaan Paling
Fundamental Antara Sistim Periodik dan Perpetual. Perbedaan paling mencolok antara sistim periodik dengan sistim
perpetual ada pada 2 hal:
1.
Penentuan
Nilai Saldo Akhir Persediaan di Neraca
a. Sistim
Periodik
– Jika perusahaan menerapkan sistim periodik, nilai saldo akhir persediaan di
Neraca ditentukan dengan cara melakukan penghitungan fisik persediaan yang
lumrah dikenal dengan istilah “stok opname” —sederhananya; di akhir periode,
fisik barang bersediaan (bahan baku, bahan penolong, barang dalam proses dan
barang jadi) dihitung jumlahnya. Jumlah fisik barang lalu dikalikan dengan
Harga Pokok Penjualan (HPP) satuan barang.
b. Sistim Perpetual – Jika yang diterapkan adalah sistim perpetual, perusahan tidak perlu melakukan penghitungan fisik untuk menentukan nilai saldo akhir persediaan., karena setiap transaksi terkait dengan persediaan—baik kenaikan maupun penurunan—telah dicatat melalui penjurnalan. Meskipun demikian, penghitungan fisik tetap dilakukan untuk kemudian dibandigkan dengan saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan.
2. Penentuan Persediaan Digunakan (atau
Terjual) dalam Harga Pokok Penjualan:
a. Sistim Periodik – Jika
perusahaan menggunakan sistim periodik, maka nilai persediaan yang digunakan
(dan terjual)—untuk dibebankan sebagai “Harga Pokok Penjualan”, dihitung dengan
cara menjumlahkan saldo awal persediaan dengan total pembeliaan (atau
persediaan masuk) lalu dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang diperoleh
melalui penghitungan fisik. Misalnya: Data persediaan JAK Mart (perusahaan
dagang) untuk tahun 2012 adalah sbb:
- Saldo awal = Rp 20,000,000
- Pembelian Bersih Jan s/d Des 2012 = Rp 150,000,000
- Saldo akhir 31 Desember 2012 (diketahui setelah penghitungan fisik) = Rp 22,000,000
Harga Pokok Penjualan
= 20,000,000 + 150,000,000 – 22,000,000 = 148,000,000.
b. Sistim
Perpetual – Dengan sistim perpetual, perusahaan tidak perlu
lagi membuat perhitungan seperti pada sistim periodik karena penggunaan
persediaan langsung diakui setiap kali ada penjualan dengan mendebit akun
“Harga Pokok Penjualan” dan mengkredit “Persediaan” di sisi lainnya, seperti
jurnal di bawah ini:
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit]. Persediaan = xxx
Dengan sistim perpetual setiap transaksi yang
mengakibatkan kenaikan atau penurunan volume persediaan selalu dicatat dengan memasukan
jurnal begitu transaksi terjadi.
Apakah Sebaiknya Menggunakan Sisitim Persediaan Periodik atau Perpetual?
Jawaban
atas pertanyaan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi opersional
perusahaan anda sehari-hari. Dari aspek pelaporan keuangan, tak ada yang perlu
dikhawatirkan. Menggunakan sistim perpetual pun, juga di akhir periode anda
masih harus melakukan stock opname (inventory physical count) untuk
memverifikasi keakuratan data persediaan yang diperoleh dari sistim perpetual.
Dan, jika terjadi perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir
buku, anda masih harus membuat rekonsiliasi dan inventory adjustment. Tetapi
dari aspek pengawasan persediaan, sistim perpetual jelas lebih baik
dibandingkan sistim periodik. Tetapi perlu di sadari bahwa: menerapkan sistim
perpetual artinya anda harus siap melakukan pencatatan setiap kali ada
transaksi sehubungan dengan persediaan. Untuk perusahaan-perusahaan berskala
besar, jelaslah bahwa sistim perpetual selalu lebih baik—lagi pula tenaga untuk
melakukan input data setiap saat selalu ada. Tetapi untuk perusahaan berskala
sedang dan kecil, menerapkan sistim perpetual bisa menjadi tantangan tersediri.
B. Laporan persediaan barang dagang
Laporan persediaan barang dagang adalah laporan yang menyajikan
sisa atau saldo persediaan akhir barang dagang dari kartu persediaan untuk
masing- masing barang pada suatu periode tertentu. Laporan persediaan barang
dagang dibuat secara periodik untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan
kuantitas maupun kualitas persediaan barang dagang. Laporan persediaan barang
dagang dapat dibuat dengan menginformasikan saldo persediaan pada awal periode,
mutasi selama periode, dan saldo pada akhir periode. Selain itu dapat juga
dibuat dengan hanya menginformasikan saldo setiap jenis persediaan pada akhir
periode.
Fungsi laporan persediaan barang: Melakukan pengecekan barang pada bagian
gudang Mengetahui informasi jumlah dan
kondisi barang akhir periode tertentu
Mempermudah pemimpin dalam mengambil keputusan berkaitan dengan
penjualan barang Mempermudah pengawasan
barang di gudang.
Laporan Persediaan Barang Dagang dengan sistem pencatatan
perpetual Dalam sistem pencatatan perpetual, mutasi tiap jenis barang tampak
dalam kartu persediaan, sehingga laporan persediaan barang dapat dibuat
berdasarkan data kartu persediaan. Laporan Persediaan Barang Dagang dengan
sistem pencatatan periodik Apabila perusahan menggunakaan sistem pencatatan
dengn sistem periodik, maka laporan persediaan barang dagang dibuat setelah dilakukan
pemeriksaan dan penghitungan fisik barang yang tersedia di gudang.
2.5 CONTOH KASUS
Berikut ini
adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum
mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan.
Transaksi
|
Sistem
Periodek
|
Sistem
Perpetual
|
|||||||
1.
|
Membeli
barang dagangan secara kredit Rp 10.000
|
Pembelian
Hutang
|
10.000
|
10.000
|
Persediaan
Brg Dag
Hutang
|
10.000
|
10.000
|
||
2.
|
Retur
pembelian Rp 500
|
Hutang
Retur
Pembelian
|
500
|
500
|
Hutang
Persediaan Brg Dag
|
500
|
500
|
||
3.
|
Terdapat
barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan harga pokok barang Rp 1.500
|
Piutang/Kas
Penjualan
|
4.000
|
4.000
|
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Persediaan
Brg Dag
|
4.000
1.500
|
4.000
1.500
|
||
4.
|
Pada
akhir tahun
|
Mutlak
harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang,
tidak dapat diketahui persediaan yang ada
|
Tanpa
inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu
dilakukan
|
||||||
Misalkan
menurut perhitungan fisik pada akhir tahun saldo persediaan Rp 200 dan pada
awal tahun Rp 150.
|
Ikhtisar
L/R
Persediaan
B.D.
Persediaan
B.D
Ikhtisar
L/R
|
150
200
|
150
200
|
Jika
hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan,
perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.
|
|||||
·
Metode
penilaian persediaan dengan sistem pencatatan perceptual system
1. Metode FIFO
Contoh
:
1
juni Persediaan awal 25 unit Rp 240
5
Juni Pembelian 100 Unit Rp 250
10
Juni Penjualan 75 Unit
15
Juni Pembelian 150 Unit
Rp 260
20
Juni Penjualan 175 Unit
25
Juni Pembelian 125 Unit
Rp 275
30
Juni Penjualan 100 Unit
Tanggal
|
|
Pembelian
|
|
|
Penjualan
|
|
Saldo
|
|
|
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
1/6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
5/6
|
100
|
250
|
25000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
250
|
25000
|
10/6
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
50
|
250
|
12500
|
50
|
250
|
12500
|
15/6
|
150
|
260
|
39000
|
-
|
-
|
-
|
50
|
250
|
12500
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
150
|
260
|
39000
|
20/6
|
-
|
-
|
-
|
150
|
250
|
12500
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
125
|
250
|
37500
|
25
|
250
|
6250
|
25/6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
260
|
6500
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
125
|
275
|
34375
|
30/6
|
-
|
-
|
-
|
25
|
260
|
6500
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
75
|
275
|
20625
|
50
|
275
|
13750
|
2. Metode LIFO
Contoh
:
1
juni Persediaan awal 25 unit Rp 240
5
Juni Pembelian 100 Unit Rp 250
10
Juni Penjualan 75 Unit
15
Juni Pembelian 150 Unit Rp 260
20
Juni Penjualan 175 Unit
25
Juni Pembelian 125 Unit
Rp 275
30
Juni Penjualan 100 Unit
Tanggal
|
|
Pembelian
|
|
|
Penjualan
|
|
Saldo
|
|
|
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
1/6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
5/6
|
100
|
250
|
25000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
250
|
25000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
10/6
|
-
|
-
|
-
|
75
|
250
|
18750
|
25
|
250
|
6250
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
250
|
6250
|
15/6
|
150
|
260
|
39000
|
-
|
-
|
-
|
150
|
260
|
39000
|
20/6
|
-
|
-
|
-
|
150
|
260
|
39000
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
25
|
250
|
6250
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
25/6
|
125
|
275
|
34375
|
-
|
-
|
-
|
125
|
275
|
34375
|
30/6
|
-
|
-
|
-
|
100
|
275
|
27500
|
25
|
240
|
6000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
275
|
6875
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
50
|
|
12875
|
3. Metode Rata-rata
harga
jual dipakai harga rata-rata dari persediaan awal + pembelian
Contoh
:
1
juni Persediaan awal 25 unit Rp 240
5
Juni Pembelian 100 Unit Rp 250
10
Juni Penjualan 75 Unit
15
Juni Pembelian 150 Unit Rp 260
20
Juni Penjualan 175 Unit
25
Juni Pembelian 125 Unit
Rp 275
30
Juni Penjualan 100 Unit
Tanggal
|
|
Pembelian
|
|
|
Penjualan
|
|
Saldo
|
|
|
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
Unit
|
H/U
|
Jumlah
|
1/6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
25
|
240
|
6000
|
|
100
|
250
|
25000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
250
|
25000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
125
|
248
|
31000
|
10/6
|
-
|
-
|
-
|
75
|
248
|
18600
|
50
|
248
|
12400
|
15/6
|
150
|
260
|
39000
|
-
|
-
|
-
|
150
|
260
|
39000
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
200
|
257
|
51400
|
20/6
|
-
|
-
|
-
|
175
|
257
|
44975
|
25
|
257
|
6425
|
25/6
|
125
|
275
|
34375
|
-
|
-
|
-
|
125
|
275
|
34375
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
150
|
272
|
40800
|
30/6
|
-
|
-
|
-
|
100
|
275
|
27500
|
50
|
272
|
13600
|
·
Metode
penilaian persediaan dengan system periodic
Rumus
persediaan akhir : unit persediaan awal + pembelian – penjaualan
Contoh
:
1
juni Persediaan awal 25 unit Rp 240
5
Juni Pembelian 100 Unit Rp 250
10
Juni Penjualan 75 Unit
15
Juni Pembelian 150 Unit Rp 260
20
Juni Penjualan 175 Unit
25
Juni Pembelian 125 Unit
Rp 275
30
Juni Penjualan 100 Unit
Unit
persediaan akhir : 400-350: 50
1.
FIFO : 50 x
275 : 13750
2.
LIFO : 25 x 240 : 6000
: 25 x 250 : 6250+
: 50 : 12500
3.
Metode rata-rata sederhana
Rumus :
penjualan unit persediaan awal + pembelian / frekuensi pembelian dan pembelian
awal
: 240 + 250 + 260 + 275 / 4 : 256,25
Nilai
akhir : 50 x 256,25 : 12812,5
4.
Metode rata-rata tertimbang
Rumus :
Penjumlahan dari unit x harga dari persediaan awal dengan pembelian / unit
persediaan awal dan pembelian
: (25 x 240) + (100 x 250) + (150 x
260) + (125 x 275) / 25 + 100 + 150 + 125
:260,93
Nilai
persediaan akhir : 50 x 260,93 : 13,047
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu
aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Metode Pencatatan
persediaan barang dagangan ada dua yaitu metode fisik dan metode perfektual.
Kedua Metode tersebut memiliki perbedaan diantaranya dalam hal penentuan
perhitungan persediaan barang dagangan, dimana saat menggunakan metode fisik
perhitungan persediaan barang dagangan dilakukan setiap ahir periode sedangkan
saat menggunakan metode perfektual perhitungan persediaan barang dagang
dilakukan saat terjadi perubahan persediaan barang dagangan. Perubahan
persediaan barang dagang tersebut dapat terjadi karena adanya pembelian,
penjualan dan sebagainya.
3.2 SARAN
Apabila
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan kami
mohon maaf, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya,
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
Hery.2011.Akuntansi.Yogyakarta: PT Gava Media.
Niswonger.werren.reeve.fess.1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi.Jakarta: Erlangga.
Sumber Internet: