Kamis, 02 Maret 2017

MAKALAH PERSEDIAAN BARANG DAGANG



MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1

PERSEDIAAN BARANG DAGANG








Disusun Oleh :
                  PRIHATIN

Dosen Pengampuh:
 RANI MUNIKA,SE.Ak
Prodi/Semester : Akuntansi (Lokal III A)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) - BANGKINANG
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
Jl. Dr. A. Rahman Shaleh No. 54 A Bangkinang
   Telp. 0762-20380 E-mail : Stiebangkinang@yahoo.com
Website: stiebangkinang.ac.id



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ........... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ........... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah......................................................................... ........... 1
1.2.  Rumusan Masalah.................................................................................. ........... 1
1.3.  Tujuan Penulisan……………………………………………………....             2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Persediaan Barang Dagang………………………………..             3
2.2.  Klasifikasi Persediaan Barang Dagang.............................................. ....            5
2.3.  Konsep Persediaan Barang Dagang……………………………………            6
2.4   Pencatatan dan Pelaporan Persediaan Barang Dagang………………..             8
2.5   Contoh Kasus………………………………………………….........             13

BAB III PENUTUP
3.1.    Kesimpulan....................................................................................... …..         18
3.2.    Saran ................................................................................................ …..         18
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

11.1  Latar Belakang
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang lebih besar. Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya – biaya terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan  dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi.
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan tersebut.



11.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Persediaan?
2. Klasifikasi Persediaan?
3. KonsepPersediaan?
4. Pencatatan dan Pelaporan Persediaan?
5. Contoh Kasus?

11.3  Tujuan  dan Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menenang 1. Tujuan yang diharapkan adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana mengelola persediaan dengan mengunakan metode – metode persediaan yang ada.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya berupa ilmu mengenai pengelolaan persediaan pada perusahaan. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak yang ingin mempelajari hal yang berkaitan dengan persediaan.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Persediaan pada perusahaan dagang berupa persediaan barang dagang. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya.
Pengertian Persediaan Menurut Ahli
Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva:
  1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
  2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
  3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen lain yang menjadi keluaran produk perusahaan.
Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti adalah:

Alasan diperlukannya Persediaan

  1. dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
  2. alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.

Manfaat adanya persediaan

  1. menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
  2. menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
  3. mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
  4. mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
  5. mencapai penggunaan mesin yang optimal
  6. memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
  7. membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.
2.2 KLASIFIKASI PERSEDIAAN
Klasifikasi  persediaan pada perusahaan manufaktur berupa:
a. Bahan baku
Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.
b. Barang dalam proses
Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa dipercepat. Cara lain adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.
c. Barang jadi
Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan cara mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil (marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan resiko penagihan piutang.
2.3. KONSEP PERSEDIAAN

a.    Historical cost
Dalam metode historical cost ini persediaan diukur berdasarkan pada pembayaran yang dilakukan dimasa lalu atau harus dilakukan dimasa yang akan datang untuk memperoleh barang atau jasa. Oleh karena itu kalau pembayarannya dilakukan dimasa yang akan datang harga persediaan harus didiskontokan untuk mendapatkan present cost. Menurut konsep ini biaya produksi terdiri dari Biaya langsung: material, tenaga langsung dan BOP, sedangkan avail atau tenaga kerja idle dapat diperhitungkan sebagai COGS, tergantung kebijakan manajemen.
Keuntungan konsep ini:
  1. Inventory bahan baku dan barang dagangan mencerminkan harga yang sebenarnya.
  2. Dalam kondisi harga tidak pasti konsep ini merupakan alternative yang layak daripada net realizable values sebagai alat prediksi.
  3. Nilai persediaan tidak dipengaruhi oleh bias kebijakan manajemen.
  4. Penilaian dengan cost memungkinkan pertanggung jawaban mengenai kas dan sumber lain untuk memperoleh persediaan (cross evidence).
Kelemahan konsep ini:
  1. Untuk persediaan barang yang cepat usang dan nilai tambah atas barang tidak dapat disesuaikan harganya.
  2. Bila terdapat harga yang berbeda susah untuk diperbandingkan.
  3. Banyaknya unsur joint cost dan metode alokasi sehingga menyulitkan penilaian persediaan.
  4. Matching antara revenue dengan cost masa lalu kurang tepat.
b. Current Replacement Cost
Konsep ini adalah untuk mengurangi kelemahan dari konsep historical cost, banyak penulis dan komite prinsip akuntansi menyarankan menggunakan konsep CRC untuk mengukur persediaan. Dengan pertimbangan:
  1. CRC memungkinkan untuk matching antara current input value dengan current revenue atas hasil current operation.
  2. CRC memungkinkan identifikasi dari holding gains dan loss.
  3. CRC merupakan current value dari persediaan.
  4. CRC memungkinkan pelaporan current operation profit dapat digunakan sebagai prediksi arus kas dikemudian hari.
c. Net Realizable Values Dikurangi Normal Markup
Dalam konsep ini persediaan dinilai dengan konsep realizable values dikurangi dengan gross profit margin yang normal, sehingga nilai persediaan merupakan nilai perolehannya menurut konsep realizable.
d.      Standard cost
Current standard mencerminkan biaya produksi dibawah kondisi harga dan teknologi yang sekarang dan formula ditetapkan setelah melalui perhitungan standard efisiensi yang diinginkan sehingga menyerupai replacement cost. Menurut AICPA bulletin no. 43 : “Standard cost dapat diterima apabila di-adjust secara berkala agar mencerminkan kondisi sekarang sehingga pada tanggal neraca standard cost secara layak merupakan approximate costs berdasarkan salah satu cara penilaian yang diakui.
·      Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukan Dalam Persediaan
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan berapa jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian (akuisisi) persediaan, seperti aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar biaya.
a.      Biaya produk
Product cost adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang kelokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang di beli, biaya pembelian langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lain nya yang dikeluarkan dalam memproses barang ketika dijual
b.      Biaya periode
Beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban umum serta adminstrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau produk si brang dan, karenanya, tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara konseptual, beban ini merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan.
Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar siap dijual biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.
c.       Biaya manufaktur
Barang dalam proses dan brang jadi meliputi bahan, tenaga kerja langsung, da biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi bahan tidak langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti penyusutan , pajak,asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.
2.4  PENCATATAN PERSEDIAAN DAN PELAPORAN
A.    Pencatatan Persediaan
1.   Sistem Periodik (physical),
Yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang memudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
Jurnal sistem periodik:
a.    Pada saat pembelian
Pembelian                    xxx
            Hutang dagang           xxx
b.   Pada saat penjualan
Piutang dagang           xxx
            Penjualan         xxx
2. Sistem Permanen (Perpetual),
Yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave). Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
Jurnal sistem perpetual:
a.    Pada saat pembelian barang dagang
Persediaan barang dagang                  xxx
            Hutang dagang                                   xxx
b.   Pada saat penjualan
-          Piutang dagang           xxx
Penjualan                     xxx
-          HPP                 xxx
Persediaan barang dagang      xxx
Metode penilaian persediaan dengan sistem pencatatan perceptual system
1.      Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.
Ad : 1. Asumsi : Barang yang dijual pertama dipakai harga pokok pembelian pertama.
2.      Metode  LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga pokok dihitung pada saat terjadi penjualan.
Ad : 2. Asumsi : Barang yang dijual pertama dipakai harga pokok yang terakhir pembelian.
3.      Metode Rata-rata
yaitu pengeluaran barang ditentukan secara rawak atau acak sehingga penentuan harga pokok untuk metode ini dicari nilai rata-ratanya.
Ad : 3. Asumsi : harga jual dipakai harga rata-rata dari persediaan awal + pembelian.
Metode penilaian persediaan dengan system periodic
1.      FIFO : nilai persediaan akhir dipakai harga pembelian yang terakhir
2.      LIFO : nilai persediaan akhir dipakai harga pembelia pertama
3.      Rata-Rata Sederhana
4.      Rata-Rata Tertimbang
Rumus persediaan akhir : unit persediaan awal + pembelian – penjaualan
Perbedaan Paling Fundamental Antara Sistim Periodik dan Perpetual. Perbedaan paling mencolok antara sistim periodik dengan sistim perpetual ada pada 2 hal:
1.   Penentuan Nilai Saldo Akhir Persediaan di Neraca
a.    Sistim Periodik – Jika perusahaan menerapkan sistim periodik, nilai saldo akhir persediaan di Neraca ditentukan dengan cara melakukan penghitungan fisik persediaan yang lumrah dikenal dengan istilah “stok opname” —sederhananya; di akhir periode, fisik barang bersediaan (bahan baku, bahan penolong, barang dalam proses dan barang jadi) dihitung jumlahnya. Jumlah fisik barang lalu dikalikan dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) satuan barang.

b. Sistim Perpetual – Jika yang diterapkan adalah sistim perpetual, perusahan tidak perlu melakukan penghitungan fisik untuk menentukan nilai saldo akhir persediaan., karena setiap transaksi terkait dengan persediaan—baik kenaikan maupun penurunan—telah dicatat melalui penjurnalan. Meskipun demikian, penghitungan fisik tetap dilakukan untuk kemudian dibandigkan dengan saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan.

2. Penentuan Persediaan Digunakan (atau Terjual) dalam Harga Pokok Penjualan:
a. Sistim Periodik – Jika perusahaan menggunakan sistim periodik, maka nilai persediaan yang digunakan (dan terjual)—untuk dibebankan sebagai “Harga Pokok Penjualan”, dihitung dengan cara menjumlahkan saldo awal persediaan dengan total pembeliaan (atau persediaan masuk) lalu dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang diperoleh melalui penghitungan fisik. Misalnya: Data persediaan JAK Mart (perusahaan dagang) untuk tahun 2012 adalah sbb:

  • Saldo awal = Rp 20,000,000
  • Pembelian Bersih Jan s/d Des 2012 = Rp 150,000,000
  • Saldo akhir 31 Desember 2012 (diketahui setelah penghitungan fisik) = Rp 22,000,000
Harga Pokok Penjualan = 20,000,000 + 150,000,000 – 22,000,000 = 148,000,000.
b. Sistim Perpetual – Dengan sistim perpetual, perusahaan tidak perlu lagi membuat perhitungan seperti pada sistim periodik karena penggunaan persediaan langsung diakui setiap kali ada penjualan dengan mendebit akun “Harga Pokok Penjualan” dan mengkredit “Persediaan” di sisi lainnya, seperti jurnal di bawah ini:
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx
[Kredit].                           Persediaan = xxx
Dengan sistim perpetual setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan volume persediaan selalu dicatat dengan memasukan jurnal begitu transaksi terjadi.

Apakah Sebaiknya Menggunakan Sisitim Persediaan Periodik atau Perpetual?

Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi opersional perusahaan anda sehari-hari. Dari aspek pelaporan keuangan, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Menggunakan sistim perpetual pun, juga di akhir periode anda masih harus melakukan stock opname (inventory physical count) untuk memverifikasi keakuratan data persediaan yang diperoleh dari sistim perpetual. Dan, jika terjadi perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir buku, anda masih harus membuat rekonsiliasi dan inventory adjustment. Tetapi dari aspek pengawasan persediaan, sistim perpetual jelas lebih baik dibandingkan sistim periodik. Tetapi perlu di sadari bahwa: menerapkan sistim perpetual artinya anda harus siap melakukan pencatatan setiap kali ada transaksi sehubungan dengan persediaan. Untuk perusahaan-perusahaan berskala besar, jelaslah bahwa sistim perpetual selalu lebih baik—lagi pula tenaga untuk melakukan input data setiap saat selalu ada. Tetapi untuk perusahaan berskala sedang dan kecil, menerapkan sistim perpetual bisa menjadi tantangan tersediri.
B.   Laporan persediaan barang dagang
Laporan persediaan barang dagang adalah laporan yang menyajikan sisa atau saldo persediaan akhir barang dagang dari kartu persediaan untuk masing- masing barang pada suatu periode tertentu. Laporan persediaan barang dagang dibuat secara periodik untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas persediaan barang dagang. Laporan persediaan barang dagang dapat dibuat dengan menginformasikan saldo persediaan pada awal periode, mutasi selama periode, dan saldo pada akhir periode. Selain itu dapat juga dibuat dengan hanya menginformasikan saldo setiap jenis persediaan pada akhir periode.
Fungsi laporan persediaan barang:  Melakukan pengecekan barang pada bagian gudang  Mengetahui informasi jumlah dan kondisi barang akhir periode tertentu  Mempermudah pemimpin dalam mengambil keputusan berkaitan dengan penjualan barang  Mempermudah pengawasan barang di gudang.
Laporan Persediaan Barang Dagang dengan sistem pencatatan perpetual Dalam sistem pencatatan perpetual, mutasi tiap jenis barang tampak dalam kartu persediaan, sehingga laporan persediaan barang dapat dibuat berdasarkan data kartu persediaan. Laporan Persediaan Barang Dagang dengan sistem pencatatan periodik Apabila perusahan menggunakaan sistem pencatatan dengn sistem periodik, maka laporan persediaan barang dagang dibuat setelah dilakukan pemeriksaan dan penghitungan fisik barang yang tersedia di gudang.
2.5  CONTOH KASUS
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan.
Transaksi
Sistem Periodek
Sistem Perpetual
1.
Membeli barang dagangan secara kredit Rp 10.000
Pembelian
    Hutang
10.000

10.000
Persediaan Brg Dag
   Hutang
10.000

10.000
2.
Retur pembelian Rp 500
Hutang
     Retur     Pembelian
500

500
Hutang
   Persediaan Brg Dag
500

500
3.
Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan harga pokok barang Rp 1.500
Piutang/Kas
     Penjualan
4.000

4.000
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Persediaan Brg Dag
4.000

1.500

4.000

1.500
4.  
Pada akhir tahun 
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada
Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan 
Misalkan menurut perhitungan fisik pada akhir tahun saldo persediaan Rp 200 dan pada awal tahun Rp 150.

Ikhtisar L/R
Persediaan B.D.

Persediaan B.D
Ikhtisar L/R

150


200


150


200
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.











·      Metode penilaian persediaan dengan sistem pencatatan perceptual system
1. Metode FIFO
Contoh :
1 juni   Persediaan awal          25 unit   Rp 240
5 Juni   Pembelian                   100 Unit Rp 250
10 Juni Penjualan                    75   Unit
15 Juni  Pembelian                   150 Unit  Rp 260
20 Juni  Penjualan                   175  Unit
25 Juni Pembelian                   125 Unit Rp 275
30 Juni Penjualan                    100 Unit

Tanggal

Pembelian


Penjualan

Saldo



Unit
H/U
Jumlah
Unit
H/U
Jumlah
Unit
H/U
Jumlah
1/6
-
-
-
-
-
-
25
240
6000
5/6
100
250
25000
-
-
-
100
250
25000
10/6
-
-
-
25
240
6000
-
-
-

-
-
-
50
250
12500
50
250
12500
15/6
150
260
39000
-
-
-
50
250
12500

-
-
-
-
-
-
150
260
39000
20/6
-
-
-
150
250
12500
-
-
-

-
-
-
125
250
37500
25
250
6250
25/6
-
-
-
-
-
-
25
260
6500

-
-
-
-
-
-
125
275
34375
30/6
-
-
-
25
260
6500
-
-
-

-
-
-
75
275
20625
50
275
13750





2.   Metode  LIFO
Contoh :
1 juni   Persediaan awal          25 unit   Rp 240
5 Juni   Pembelian                   100 Unit Rp 250
10 Juni Penjualan                    75   Unit
15 Juni  Pembelian                   150 Unit  Rp 260
20 Juni  Penjualan                   175  Unit
25 Juni Pembelian                   125 Unit Rp 275
30 Juni Penjualan                    100 Unit

Tanggal

Pembelian


Penjualan

Saldo



Unit
H/U
Jumlah
Unit
H/U
Jumlah
Unit
H/U
Jumlah
1/6
-
-
-
-
-
-
25
240
6000
5/6
100
250
25000
-
-
-
100
250
25000

-
-
-
-
-
-
25
240
6000
10/6
-
-
-
75
250
18750
25
250
6250

-
-
-
-
-
-
25
240
6000

-
-
-
-
-
-
25
250
6250
15/6
150
260
39000
-
-
-
150
260
39000
20/6
-
-
-
150
260
39000
-
-
-

-
-
-
25
250
6250
-
-
-

-
-
-
-
-
-
25
240
6000

-
-
-
-
-
-
25
240
6000
25/6
125
275
34375
-
-
-
125
275
34375
30/6
-
-
-
100
275
27500
25
240
6000

-
-
-
-
-
-
25
275
6875

-
-
-
-
-
-
50

12875




3.      Metode Rata-rata
harga jual dipakai harga rata-rata dari persediaan awal + pembelian
Contoh :
1 juni   Persediaan awal                      25 unit   Rp 240
5 Juni   Pembelian                   100 Unit Rp 250
10 Juni Penjualan                    75   Unit
15 Juni  Pembelian                              150 Unit  Rp 260
20 Juni  Penjualan                   175  Unit
25 Juni Pembelian                   125 Unit Rp 275
30 Juni Penjualan                    100 Unit

Tanggal

Pembelian


Penjualan

Saldo



Unit
H/U
Jumlah
Unit
H/U
Jumlah
Unit
H/U
Jumlah
1/6
-
-
-
-
-
-
25
240
6000

100
250
25000
-
-
-
100
250
25000

-
-
-
-
-
-
125
248
31000
10/6
-
-
-
75
248
18600
50
248
12400
15/6
150
260
39000
-
-
-
150
260
39000

-
-
-
-
-
-
200
257
51400
20/6
-
-
-
175
257
44975
25
257
6425
25/6
125
275
34375
-
-
-
125
275
34375

-
-
-
-
-
-
150
272
40800
30/6
-
-
-
100
275
27500
50
272
13600








·         Metode penilaian persediaan dengan system periodic
Rumus persediaan akhir : unit persediaan awal + pembelian – penjaualan
Contoh :
1 juni   Persediaan awal                      25 unit   Rp 240
5 Juni   Pembelian                   100 Unit Rp 250
10 Juni Penjualan                    75   Unit
15 Juni  Pembelian                              150 Unit  Rp 260
20 Juni  Penjualan                   175  Unit
25 Juni Pembelian                   125 Unit Rp 275
30 Juni Penjualan                    100 Unit

Unit persediaan akhir : 400-350: 50
1.      FIFO : 50  x 275 : 13750
2.      LIFO : 25 x 240 : 6000
           : 25 x 250 : 6250+
           : 50            : 12500
3.      Metode rata-rata sederhana
Rumus : penjualan unit persediaan awal + pembelian / frekuensi pembelian dan pembelian awal
              : 240 + 250 + 260 + 275 / 4 : 256,25
Nilai akhir : 50 x 256,25 : 12812,5
4.      Metode rata-rata tertimbang
Rumus : Penjumlahan dari unit x harga dari persediaan awal dengan pembelian / unit persediaan awal dan pembelian
            : (25 x 240) + (100 x 250) + (150 x 260) + (125 x 275) / 25 + 100 + 150 + 125
            :260,93
Nilai persediaan akhir : 50 x 260,93 : 13,047





BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Metode Pencatatan persediaan barang dagangan ada dua yaitu metode fisik dan metode perfektual. Kedua Metode tersebut memiliki perbedaan diantaranya dalam hal penentuan perhitungan persediaan barang dagangan, dimana saat menggunakan metode fisik perhitungan persediaan barang dagangan dilakukan setiap ahir periode sedangkan saat menggunakan metode perfektual perhitungan persediaan barang dagang dilakukan saat terjadi perubahan persediaan barang dagangan. Perubahan persediaan barang dagang tersebut dapat terjadi karena adanya pembelian, penjualan dan sebagainya.

3.2  SARAN
Apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya, Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.








DAFTAR PUSTAKA


Referensi Buku:
Hery.2011.Akuntansi.Yogyakarta: PT Gava Media.
Niswonger.werren.reeve.fess.1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi.Jakarta: Erlangga.
Sumber Internet:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar